Wednesday, January 16, 2013

Sejarah Kelahiran Kebijaksanaan Utomo

Forum Ads.id
Sejarah Kelahiran Budi Utomo
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 bangun organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia.


Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya ialah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan tubuh wakaf yang mengumpulkan pertolongan untuk kepentingan belanja bawah umur bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi harapan kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.

Namun tidak semua golongan priyayi mendukung berdirinya Budi Utomo dengan alasan yang hampir sama yaitu kaum priyayi birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengkhawatirkan eksistensinya lantaran kalau gerakan tersebut mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan situasi status quo, yaitu keadaan yang sanggup menjamin kepentingan mereka. Di kalangan priyayi elite/ gedhe yang mempunyai status mapan kurang bahagia keberadaan Budi Utomo sehingga para bupati membentuk perkumpulan Regenten Bond Setia Mulia pada tahun 1908 di Semarang untuk mencegah harapan Budi Utomo yang dianggap menganggu stabilitas mereka. Sebaliknya, beberapa bupati progresif ibarat Tirtokusumo (Karanganyar) sangat mendukung Budi Utomo. Resistensi dikalangan golongan elite priyayi karena terhadap Budi Utomo sebagai hal yang masuk akal gerakan kaum terpelajar tersebut akan membawa perubahan struktur sosial sehingga kaum intelektual akan mengurangi ruang lingkup kekuasaan elite birokrasi. Meskipun kaum intelektual pada masa awal pergerakan nasional didominasi kaum priyayi namun Budi Utomo sanggup membahayakan kedudukan kaum feodal konservatif terkait problem status sosialnya.

Keunggulan dari dibentuknya Budi Utomo bagi bangsa Indonesia ialah meningkatnya kualitas penduduk di Indonesia. Karena organisasi ini melakukan pembelajaran bahasa Belanda. Namun pada awal pembentukan Budi Utomo, organisasi ini mempunyai aneka macam kendala, yaitu :
a. Pembatasan anggota Budi Utomo hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura;
b. Tidak mencampuri urusan politik.

Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal berikut.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan ialah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.

Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan biar lebih menunjukkan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi efek positif dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapat tubuh aturan dari pemerintah Belanda. Hal ini terlaksana pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut:
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menimbulkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menimbulkan semakin lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menimbulkan kaum terpelajar tersisih.

Setelah Dr. Cipto Mangunkusumo meninggalkan Budi Utomo, tidak ada kontroversi dalam organisasi itu namun Budi Utomo kehilangan kekuatan yang progresif sehingga perkembangan selanjutnya didominasi golongan ningrat atau aristokrat. Dengan demikian, Budi Utomo tumbuh menjadi organisasi yang moderat, kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda dan evolusioner.

Selanjutnya,  Budi Utomo mengalami stagnasi dan aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah Goeroe Desa dan beberapa petisi yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kelambanan acara Budi Utomo disebabkan para pengurus atau pemimpin mereka berstatus sebagai pegawai atau bekas pegawai pemerintah. Status tersebut mengakibatkan mereka takut bertindak dan lemah dalam gerakan kebangsaan. Disamping itu, Budi Utomo mengalami kemandegan semenjak awal permulaannya lantaran kekurangan dana dan kurangnya pemimpin yang dinamis. Pada akhirnya Budi Utomo diangap sebagai organisasi yang lemah dan juga terlalu sempit lantaran keanggotannya terbatas pada tempat yang berbudayaan Jawa sehingga ditinggal masyarakat.

Sejak meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik. Hal ini sanggup dibuktikan dengan bencana sebagai berikut :
1)    Dalam rapat umum Budi Utomo di Bandung tanggal 5 dan 6 Agustus 1915 tetapkan mosi, biar dibuat milisi bagi bangsa Indonesia namun melalui persetujuan parlemen. Pembentukan milisi bekerjasama dengan meletusnya Perang Dunia I tahun 1914. Meskipun Belanda dan Hindia Belanda tidak terlibat dalam Perang Dunia I, ancaman peperangan besar lengan berkuasa terhadap penduduk Belanda di Hindia Belanda. Kekhawatiran bukan berasal dari tentara Jerman namun intervensi pasukan Jepang.
2)   Budi Utomo menjadi belahan dalam Komite “ Indie Weerbaar” yaitu misi ke Negeri Belanda dalam rangka untuk pertahanan Hindia Belanda. Djidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi tersebut berhasil mengadakan pendekatan-pendekatan dengan pejabat Belanda. Meski Undang-undang wajib militer atau pembentukan suatu milisi gagal dipenuhi pemerintah Belanda, ternyata dewan legislatif Belanda menyetujui pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) bagai Hindia Belanda. Budi Utomo segera membentuk sebuah Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota Volksraad meskipun demikian Komite Nasional ini tidak sanggup berjalan sesuai harapan.

Berikut ini beberapa bentuk tugas politik Budi Utomo.
a. Melancarkan gosip pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.

Volksraad dibuka secara resmi oleh GubernurJenderal Van Limburg Stirum pada tanggal 18 Mei 1918. Pada tahun 1921 dalam salah satu konggresnya, Budi Utomo menuntut biar keanggotaan Volksraad dari pribumi diperbanyak. Meskipun demikian di dalam sidang Volksraad, wakil-wakil Budi Utomo tetap berhati-hati dalam melancarkan kritik kepada pemerintah Hindia Belanda.

Dengan memanfaatkan kesempatan krisis tersebut, para anggota Volksraad yang radikal menuntut  perubahan bagi Volksraad dan kebijakan politik Hindia Belanda. Unsur-unsur radikal dalam Budi Utomo menjadi lebih berperan semenjak krisis November tersebut. Ketika di Volksraad bangun badan Radicale Concentratie, Budi Utomo berperan aktif dalam acara tersebut. Namun Gubernur Jenderal yang gres yaitu Mr. D. Fock mengambil kebijakan lebih tegas menanggapi bencana di atas. Anggaran pendidikan Budi Utomo dikurangi secara drastis oleh pemerintah. Sebagai risikonya terjadi perpecahan antara golongan radikal dan golongan moderat di Budi Utomo.

Volksraad dibuka secara resmi oleh GubernurJenderal Van Limburg Stirum pada tanggal 18 Mei 1918. Pada tahun 1921 dalam salah satu konggresnya, Budi Utomo menuntut biar keanggotaan Volksraad dari pribumi diperbanyak. Meskipun demikian di dalam sidang Volksraad, wakil-wakil Budi Utomo tetap berhati-hati dalam melancarkan kritik kepada pemerintah Hindia Belanda.

Dengan memanfaatkan kesempatan krisis tersebut, para anggota Volksraad yang radikal menuntut  perubahan bagi Volksraad dan kebijakan politik Hindia Belanda.Unsur-unsur radikal dalam Budi Utomo menjadi lebih berperan semenjak krisis November tersebut. Ketika di Volksraad bangun badan Radicale Concentratie, Budi Utomo berperan aktif dalam acara tersebut. Namun Gubernur Jenderal yang gres yaitu Mr. D. Fock mengambil kebijakan lebih tegas menanggapi bencana di atas. Anggaran pendidikan Budi Utomo dikurangi secara drastis oleh pemerintah. Sebagai risikonya terjadi perpecahan antara golongan radikal dan golongan moderat di Budi Utomo.

Pada konggres Budi Utomo tahun 1923 diusulkan adanya asas non kooperatif sebagai asas usaha namun ditolak oleh sebagaian penerima konggres. Penolakan ini disebabkan para anggota dan pengurus Budi Utomo lebih banyak didominasi pegawai-pegawai pemerintah sehingga akan menyulitkan posisi mereka. Dr. Sutomo yang tidak puas dengan Budi Utomo pada tahun 1924 mendirikan Indonesische Studieclub di Surabaya. Penyebabnya ialah asas “Kebangsaan Jawa” dari Budi Utomo sudah tidak relevan dengan perkembangan rasa kebangsaan yang menuju pada sifat nasional. Indonesische Studieclub ini pada perkembangannya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia.

Pada tahun 1927 Budi Utomo masuk dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia yang dipelopori Ir. Sukarno. Meskipun demikian, Budi Utomo tetap eksis dengan asas kooperatifnya. Pada tahun 1928 Budi Utomo menambah asas perjuangannya yaitu: medewerking tot de verwezenlijking van de Indonesische eenheidsgedachte ( ikut berusaha untuk melakukan harapan persatuan Indonesia). Hal ini sebagai arahan bahwa Budi Utomo menuju kehidupan yang lebih luas tidak hanya Jawa dan Madura namun mencakup seluruh Indonesia. Usaha ini diteruskan dengan mengadakan fusi dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) suatu partai pimpinan Dr. Sutomo. Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi melahirkan Parindra (Partai Indonesia Raya), sehingga berakhirlah riwayat Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama di Indonesia.


= Baca Juga =